![]() |
Kejayaan Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto |
Trowulan memiliki daya tarik tersendiri bagi para pecinta
sejarah dan budaya. Kawasan ini menawarkan suasana tenang, dikelilingi
persawahan dan perkampungan yang asri, seolah membawa pengunjung kembali ke
masa ketika Majapahit masih berjaya. Hampir di setiap sudut Trowulan, jejak
peninggalan kuno bisa ditemui, mulai dari reruntuhan bangunan, sumur tua,
hingga pecahan keramik dan batu bata merah yang tersebar di sekitar permukiman
warga.
Candi Bajang Ratu: Gerbang Agung Penuh Cerita
Salah satu situs paling ikonik di Trowulan adalah Candi
Bajang Ratu. Candi ini berbentuk gapura agung yang diyakini dibangun pada abad
ke-14, masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Dengan tinggi mencapai 16,5 meter,
Candi Bajang Ratu menampilkan arsitektur Majapahit yang khas, didominasi bata
merah dengan ukiran relief yang sarat makna.
Relief yang terukir di candi ini menggambarkan berbagai
kisah pewayangan dan cerita-cerita moral yang dahulu dijadikan panduan hidup
masyarakat. Beberapa relief bahkan dipercaya berkaitan dengan kisah Sri Tanjung
dan cerita kepercayaan Hindu-Buddha yang berkembang saat itu. Konon, gapura ini
juga menjadi pintu masuk ke kompleks keraton Majapahit, tempat para raja dan
bangsawan tinggal dan memerintah.
Suasana di sekitar Candi Bajang Ratu sangat tenang,
dikelilingi pepohonan rindang dan taman yang tertata. Banyak wisatawan sengaja
datang ke sini untuk berfoto atau sekadar merasakan aura sejarah yang kental.
Candi Tikus: Jejak Pemandian Kerajaan
Tak jauh dari Candi Bajang Ratu, ada Candi Tikus yang tak
kalah menarik. Meski namanya cukup unik, Candi Tikus sebenarnya merupakan
sebuah pemandian kerajaan yang diperkirakan dibangun pada abad ke-14. Bangunan
ini berbentuk kolam berundak dengan pancuran air yang mengalir dari mulut
patung berbentuk naga dan makara (makhluk mitologi Hindu-Buddha).
Dinamakan Candi Tikus karena dulu tempat ini ditemukan dalam
keadaan tertimbun tanah dan dihuni oleh banyak tikus. Setelah dilakukan
penggalian dan pemugaran, keindahan arsitektur dan fungsinya sebagai tempat
pemandian para bangsawan kerajaan pun terungkap.
Di masa Majapahit, pemandian seperti ini bukan hanya untuk
membersihkan diri, tapi juga menjadi tempat ritual penyucian diri sebelum
upacara keagamaan atau kegiatan kenegaraan. Air yang mengalir di Candi Tikus
dipercaya memiliki kekuatan magis untuk membersihkan energi negatif.
Museum Majapahit: Menyelami Kehidupan Masa Lalu
Untuk mengenal lebih dalam kehidupan masyarakat Majapahit,
Museum Majapahit bisa jadi destinasi wajib saat berkunjung ke Trowulan. Museum
ini menyimpan ribuan koleksi benda purbakala hasil temuan arkeologi di kawasan
Trowulan dan sekitarnya.
Di dalam museum, pengunjung bisa melihat berbagai artefak
seperti keramik Tiongkok dari abad ke-14, gerabah kuno, patung-patung dewa
Hindu-Buddha, prasasti, hingga naskah kuno. Terdapat juga miniatur kawasan
Keraton Majapahit yang menggambarkan bagaimana tata letak kota, istana, dan
kawasan suci pada masa lampau.
Museum ini juga memberikan gambaran tentang sistem
pemerintahan, sistem sosial, hingga aktivitas ekonomi masyarakat Majapahit yang
ternyata sudah maju, dengan perdagangan yang menjangkau berbagai daerah di Asia
Tenggara dan India.
![]() |
Kejayaan Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto |
Nuansa Mistis dan Ritual Adat
Selain situs bersejarah, Trowulan juga dikenal dengan nuansa
mistisnya. Masyarakat sekitar masih sangat menjaga tradisi dan kepercayaan yang
diwariskan secara turun-temurun. Setiap tahun, beberapa ritual adat masih rutin
digelar di kawasan situs, seperti bersih desa dan upacara penghormatan leluhur
di situs-situs tertentu.
Wisatawan yang berkunjung ke Trowulan tak jarang merasakan
atmosfer berbeda saat berada di area situs, terutama saat sore menjelang malam.
Banyak yang percaya, kawasan ini masih dijaga oleh roh para leluhur Majapahit.
Beberapa warga setempat juga menjadi juru kunci yang bertugas merawat dan
menjaga situs-situs tersebut.
Destinasi Lain di Sekitar Trowulan
Selain Candi Bajang Ratu dan Candi Tikus, Trowulan masih
memiliki beberapa destinasi menarik lain yang patut dikunjungi. Salah satunya
adalah Gapura Wringin Lawang, sebuah pintu gerbang besar berbahan bata merah
yang diperkirakan menjadi pintu masuk ke kawasan keraton Majapahit. Dengan
tinggi sekitar 15 meter, gapura ini menjadi bukti betapa megahnya arsitektur
Majapahit di masanya.
Ada juga Makam Troloyo, yang dikenal sebagai kompleks makam
Islam tertua di Jawa Timur. Di sinilah konon dimakamkan para ulama dan tokoh
penting penyebar Islam pada masa akhir Majapahit. Keberadaan makam ini menjadi
bukti bahwa pada masa itu sudah terjadi akulturasi budaya antara Hindu-Buddha
dan Islam.
Wisata Edukasi dan Budaya
Pemerintah Kabupaten Mojokerto bersama Balai Pelestarian
Cagar Budaya (BPCB) Trowulan terus melakukan upaya pelestarian dan pengembangan
kawasan ini sebagai destinasi wisata sejarah dan edukasi. Beberapa paket wisata
edukasi pun ditawarkan, di mana pengunjung bisa belajar langsung tentang proses
penggalian situs, cara konservasi artefak, hingga mengikuti workshop pembuatan
replika kerajinan kuno.
Beberapa komunitas sejarah juga rutin mengadakan tur tematik
di kawasan Trowulan, seperti tur jejak Hayam Wuruk, tur situs-situs pemandian
kuno, hingga napak tilas jalur perdagangan Majapahit.
Penutup
Trowulan bukan sekadar destinasi wisata sejarah, tapi juga
ruang hidup yang menyimpan kisah kejayaan masa lalu. Setiap bata merah yang
tersusun rapi, setiap relief yang terukir di dinding candi, hingga tradisi adat
yang masih lestari, menjadi pengingat bahwa Indonesia pernah memiliki peradaban
besar yang dihormati hingga mancanegara. Mengunjungi Trowulan bukan hanya
tentang melihat peninggalan sejarah, tapi juga belajar tentang nilai kehidupan,
harmoni budaya, dan kebesaran leluhur Nusantara.
Jika kamu ingin merasakan atmosfer kerajaan kuno sambil
menyusuri situs-situs bersejarah yang autentik, Trowulan di Mojokerto wajib
masuk dalam daftar perjalananmu.
![]() |
Kejayaan Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto |